Empat Mitos tentang Gerhana Matahari Total



TEMPO.CO, Jakarta - Gerhana matahari total (GMT) 2016 akan melintasi 11 provinsi di Indonesia. Fenomena alam ini akan terjadi pada 9 Maret 2016. 

Sebagian besar masyarakat dunia mempunyai mitos mengenai fenomena alam ini. Berikut ini empat mitos yang dipercaya masyarakat dunia.

1. Matahari Dimakan
Beberapa negara mempercayai bahwa saat gerhana terjadi, matahari dimakan atau dicuri. Dalam legenda bangsa Viking disebutkan gerhana matahari terjadi ketika serigala Skoll berhasil menangkap Dewa Matahari atau Sol. Bangsa Viking, yang biasa dikenal berasal dari Norwegia, Swedia, dan Denmark, kemudian diminta membuat kegaduhan dengan memukul panci dan wajan agar serigala ketakutan serta mengembalikan matahari.

Mitos nyaris serupa dipercayai warga Jawa di Indonesia. Masyarakat Jawa percaya bahwa saat gerhana matahari terjadi, raksasa Batara Kala atau Rahu menelan matahari karena dendam kepada Sang Surya atau Dewa Matahari. Batara Kala merupakan tokoh pewayangan dengan wujud raksasa jahat yang sangat berkuasa.

Ditelannya Matahari oleh Batara Kala disebut sebagai fenomena gerhana oleh mitos masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa saat fenomena gerhana matahari terjadi, para wanita hamil harus masuk ke rumah. Para wanita harus membawa masuk anak-anak dan melindungi anak-anak dari murka Batara Kala.

2. Larangan Makan Saat Gerhana
Di India, warga setempat mempercayai bahwa makanan yang dimasak saat gerhana matahari terjadi akan menjadi racun dan najis. Karena itu, di beberapa wilayah di India, warga tidak makan saat gerhana matahari terjadi.

3. Dewa Marah
Pada zaman Yunani kuno, gerhana matahari dianggap sebagai pertanda bahwa dewa-dewa sedang marah. Masyarakat kala itu juga percaya bahwa gerhana matahari merupakan pertanda bencana akan terjadi.

4. Racun Disebar
Masyarakat Jepang punya mitos tersendiri perihal fenomena gerhana matahari. Masyarakat Jepang dahulu kala percaya bahwa gerhana matahari adalah wabah. Saat fenomena alam ini terjadi, masyarakat Jepang percaya racun sedang ditebarkan. Bahkan, untuk menghindari racun mengkontaminasi air di bumi, masyarakat Jepang kemudian menutupi sumur-sumur air mereka.

Baca Juga:
-



Artikel Terkait

Previous
Next Post »